Rabu, 04 Mei 2011

Contagiosa Equine Metritis

1.Etiologi
Disebabkan oleh Taylorella equigenitalis, bakteri gram negatif yang bersifat microaerofilik dan berbentuk cocobasil. Ada 2 strain yang diketahui yakni yang sensitif terhadap streptomycin dan yang resisten. Pada kultur memiliki karakteristik koloni yang kecil dan transparant. Hewan yang terinfesksi adalah kuda, keledai dapat terinfeksi pada kondisi ekperimen.
T. euigenitalis ditularkan melalui perkawinan, bisa juga melalui semen dari IB. Pejantan (stallion) adalah carier yang paling sering menularkan penyakit ini. T. Euigenitalis bisa bertahan selama sebulan sampai setahun pada saluran reproduksi,biasanya pada fossa urethralis dan sinus yang berhubungan. Organisme ini bisa muncul pada urethra distal dan pada exterior dari penis dan preputium dan kemungkinan pada cairan pre-ejakulasi. Betina dapat menjadi carier setalah sebelumnya terkena infeksi akut. Biasanya organisme akan menetap pada clitoris, beberapa terdapat pada uterus. Pada anak kuda (belo) yang lahir dari kuda betina terinfeksi dapat terjangkit bakteri dan menjadi carier asymptomatis dalam jangka waktu yang panjang. Tidak ada bukti T. Euigenitalis dapat hidup dalam lingkungan bebas. Masa inkubasinya adalah 2 sampai 14 hari(CFSPH, 2009).
2.Patogenesis
T. equigenitalis ditularkan terutama saat kawin. Hal ini juga dapat ditularkan melalui semen selama inseminasi buatan. Kuda jantan adalah yang paling umum sebagai sumber infeksi. Jika kuda yang terkena contagiosa equine metritis tidak segera diobati, maka T. equigenitalis dapat bertahan selama beberapa bulan atau tahun pada saluran reproduksi, khususnya di urethra. Organisme ini juga terjadi pada uretra distal serta pada bagian luar penis dan preputium, dan kadang-kadang dalam cairan pra-ejakulasi. Kuda betina dapat membawa T. equigenitalis, setelah mereka sembuh dari penyakit akut. Kuda yang bersifat carrier, organisme ini pada clitoris, khususnya di sinus klitoris dan fossa, tetapi beberapa terdapat pada uterus. Anak kuda (foal) yang terutama baru lahir bakteri terdapat pada alat kelamin eksternal. Tidak ada bukti bahwa T. equigenitalis dapat bertahan lama dalam bentuk bebas di lingkungan.
Masa Inkubasi, Masa inkubasi bakteri Taylorella equigenitalis adalah 2 sampai 14 hari; infeksi paling jelas terlihat 10 sampai 14 hari setelah dikawinkan
3.Gejala Klinis
Pejantan yang terinfeksi tidak menunjukkan adanya gejala klinis. Betina yang terinfeksi menunjukkan gejala metritis dan infertilitas sementara, walaupun tidak menunjukkan adanya gejala sistemik. Beberapa infeksi terjadi secara subklinis, satu – satunya tanda adalah kembali estrus setelah siklus yang sangat pendek. Betina yang lain bisa mengeluarkan cairan mukopurulent dari vagina seminggu atau 2 minggu setelah beranak. Cairan yang keluar biasanya berwarna keabu – abuan pada kasus yang tidak berat, tetapi pada multiple infeksi cairan berwarna abu – abu sampai kuning.
Betina terinfeksi biasanya akan gagal dibuahi ( dilihat dari kembali estrus lagi) atau akan terjadi abortus spontan. Pada betina terdapat 3 derajat infeksi :
a.Akut : terjadi inflamasi uterus menyebabkan keluarnya cairan kental seperti susu dan mukoid 10 – 14 hari setelah beranak.
b.Kronik : inflamasi uterine yang lebih ringan dan infeksi akan lebih sulit dihilangkan
c.Karier : betina terinfeksi yang asimtomatis bisa menjadi karier selama beberapa bulan bahkan lebih lama.
4.Lesi post-mortem
Lesi yang parah biasanya ditemukan pada uterus. Lipatan endometrium membengkak dan oedematous, serta eksudat mukopurulen bisa erlihat. Oedema, hiperemi dan eksudat mukopurulent dapat terlihat pada cervix. Salphingitis dan vaginitis juga terlihat. Lesi paling jelas terlihat sekitar 14 hari post infeksi, dan berangsur – angsur keparahannya berkurang. Tidak ada lesi patognomonik untuk CEM.
5.Diagnosa
Bedasarkan gejala klinis, hampir semua kejadian adanya cairan mukopurulen pada kuda betina sudah dapat diartikan sebagai CEM. Tes laboratorium dapat dilakukan dengan menggunakan swab pada betina didapatkan dari cervix maupun endometrium dari uterus saat estrus, fossa glandis dan sinus urethralis. Sedangkan swab dari jantan dilakukan melalui preputium, fossa glandis dan sinus urethralis. Tes serologis bisa dilakukan, tetapi lebih berguna sebagai screening test.
6.Penanganan
Penanganan standar yang dilakukan pada hewan yang terkena endometritis atau metritis adalah dengan infusi antibiotik, campuran yang biasa digunakan adalah neomycin (1g), polymixin B (40.000 IU), furaltadone (600mg) dan crystall benzylpenicilin (5 megaunit) dalam 30ml aquades. Selain itu dapat ditambahkan terapi hormon seperti PGF2α maupun estrogen untuk menyiapkan uterus agar lebih mampu menerima obat dan memacu kontraksi uterus. Untuk kasus infeksi veneral diberikan pengobatan topikal, pada kasus CEM diberikan aplikasi 0,2% nitrofurazone ointment